Jumat, 30 Januari 2009

Adidas beats China piracy

Adidas logoAdidas has found a smarter and cheaper way to combat piracy.

To get an idea of the magnitude of the counterfeiting problem with China, according to the U.S. Congress, the Chinese government estimates that "counterfeits constitute between 15 percent to 20 percent of all products made in China."

And as Law.com reports,

"Counterfeiting in China has simmered on the international back burner since 2001, when the country joined the World Trade Organization after promising to enforce its new IP laws. (The pot boiled over in April, when U.S. trade representative Susan Schwab filed two cases with the WTO challenging China’s failure to follow through).

Now, as China prepares for the Beijing Olympics next summer (Adidas is an official sponsor), IP protection is once again a critical issue."

Adidas_1 shoesIn 2006, footwear represented 41 percent of the seizures of counterfeits in the U.S., valued at $63 million of the $155 million total, by far the most important industry to suffer.

But Adidas says they’ve found the way to, if not stop, at least limit the counterfeiting problem in China. This doesn’t mean that there are no more fake Adidas shoes in China, but rather that fakes have begun to strongly dwindle in number.

In 2006 the number of counterfeit Adidas shoes seized in China dropped 20 percent, from 480,000 pairs in 2005 to 385,000, despite no change in enforcement efforts.

In comparison, a recent sting operation in Germany recovered 150,000 counterfeit pair of Adidas sneakers and 1.5 million pairs of Nike shoes (which has comparable sales to Adidas in Europe).

Adidas has undergone a three year campaign consisting mainly of:

  • Raiding retailers and wholesalers instead of factories

  • Making shoes harder to copy by using high-tech labels

  • Using outside investigators to build cases and prod government enforcement

  • Keeping full-time IP attorneys in China

Their annual budget? Under $1 million, says Ray Tai, head of Adidas’ intellectual property rights enforcement in Asia.

AdiDas Shoes Advertising



ini adalah salah satu official advertising dari ADIDAS company. Di mana bintang-bintang yang diambil adalah para bintang lapangan hijau yang sangat tidak asing untuk kita. Sebenernya bintang-bintang lapangan hijau ini adlah jg para consumer dari product2 ADIDAS khususnya untuk football shoes. Jadi mereka lebih enjoy untuk akting di iklan itu. Dan itu juga menjadi satu bukti bahwa salah satu product unggulan ADIDAS diminati oleh para bintang lapangan hijau.

Jadi kalau mereka pun menggunakannya, kenapa anda tidak......

Kamis, 29 Januari 2009

PRODUCT CATALOG



Sereno Rain Jacket

Take on the rain without losing your sense of style. This sporty jacket has a bold, modern design that will stand out on even the gloomiest day.

• Side-seam pockets
• Full-front zip
• Drawcord on adjustable waist
• Applied 3-Stripes on right chest
• Reflective adidas brandmark below right collar and on left sleeve
• 100% nylon
• Imported






Stan Smith Little Miss Chatterbox
In some circles, this is what dreams are made of. Finally, the legendary adidas Stan Smith and the ever-popular Miss Chatterbox have joined artistic forces for what some critics are calling the playground social event of the year.







All Blacks Home Jersey Short Sleeve
619061
XXX
In the scrum or in the stands, this All-Blacks home jersey with ventilated ClimaCool® and a henley collar speaks louder than words.

* Ventilated ClimaCool® keeps you dry and comfortable
* Henley collar
* Contrast team graphic on left chest
* Contrast adidas brandmark on right chest; Applied 3-Stripes down sleeves
* 100% polyester pique




Goodyear Race
The classic adi Racer gets rebuilt from the ground up with this season's Goodyear Race shoe. Sleek, fluid lines and a motorsport-inspired design lace you into a sophisticated roadside style that's miles ahead of the low-profile competition.
• Full grain leather upper for comfort and soft feel
• Air intakes and race seat inspiration for zip and style
• Textile lining for comfort
• Tire-inspired outsole
• Imported




Scorch 7 D Low

You can't teach speed but a fast player has what it takes to school the opposition. Light and agile, this low cut cleat with exchangeable studs allows for quick cuts.

• Synthetic leather upper
• EVA insole for comfort
• Injected TPU detachable cleat outsole
• Imported

Senin, 26 Januari 2009

KaKi LeCet AkiBat SePatU BaRu

Punya sepatu baru tentu menyenangkan. Anda pasti tak sabar mengenakannya, dan tampil gaya. Namun seringkali sepatu baru membuat kulit kaki menjadi lecet dan luka. Bukannya menambah menarik penampilan, sepatu baru akhirnya malah menyiksa.Sebenarnya, lecet tak melulu disebabkan karena sepatu itu masih baru. Yang salah adalah sepatu baru yang Anda beli ukuran atau bentuknya tidak sesuai dengan kaki.

Memang seringkali kita tergoda melihat bentuk dan model sepatu, apalagi ditambah dengan potongan harga yang besar. Namun tidak semua model sepatu dapat cocok dengan kaki Anda. Belum lagi dengan ukuran yang tidak pas. Kedua hal tersebut hanya akan membuat kaki Anda sakit, lecet dan luka.

Sebaiknya jangan memaksakan diri untuk membeli sepatu hanya karena melihat modelnya atau harganya, sesuaikan benar bentuk dan ukuran kaki Anda dengan sepatu tersebut.

Seringkali sepatu kulit juga dapat membuat kaki lecet. Hal tersebut biasanya karena kulit sepatu masih baru dan kaku. Untuk mengatasinya, sebelum memakai sepatu tersebut, Anda bisa mengoleskan minyak, atau body lotion ke bagian dalam kulit sepatu, lalu diamkan selama semalam.

Lakukan terus menerus sampai kaki Anda tidak lagi sakit ketika memakai sepatu itu. Jangan lupa untuk membersihkan bagian dalam sepatu dari body lotion atau minyak sebelum Anda memakainya.

 

Shoes and Healthy

Sepasang sepatu akikatnya adalah pembungkus yang berguna untuk melindungi kaki. Dalam dunia mode, sepatu menjadi bagian dari fashion yang dirancang bukan saja untuk melindungi kaki tapi juga untuk mempercantik penampilan. Belakangan pendekatan fashion yang lebih melekat, sehingga lahirlah model-model sepatu yang mengutamakan unsur "gaya" ketimbang fungsi dari sepatu itu sendiri. 

1. Hak Tinggi.

Dalam memilih sepatu, kaum perempuan cenderung menyukai sepatu berhak tinggi. Pasalnya dunia mode telah melemparkan imej bahwa sepatu berhak tinggi memberi kesan yang lebih anggun. Semakin tinggi hak sepatu yang dikenakan, akan mengundang decak kagum dan si pemakai juga merasa penampilannya menjadi semakin lebih menarik. Padahal dikaji dari sisi kesehatan, sepatu berhak tinggi mengundang banyak masalah. 

Salah satu masalah kesehatan yang disebabkan oleh sepatu berhak tinggi adalah osteoarthritis. Osteoarthritis adalah bagian dari penyakit radang sendi atau artritis. Gejalanya berupa nyeri dan kaku di persendian tulang. Umumnya keluhan muncul di persendian lutut dan panggul. Bila dibiarkan bisa menyebarkan nyeri ke bagian otot sekitamya. Pada stadium rendah, keluhan bisa diatasi dengan obat-obatan dan latihan gerak. pada stadium lanjut memerlukan tindakan operasi penggantian bantal sendi. 

Dengan hak sepatu yang tinggi, tubuh akan menjadi lebih condong ke depan. Tentunya, si pemakai sepatu tak membiarkan tubuhnya membungkuk ke depan dan akan berusaha menegakkan posisi tubuhnya dengan cara menarik badan ke belakang. Sikap berdiri tegak seperti ini menimbulkan gaya berat badan yang tidak seimbang. Bagian tertentu dari sendi lutut mendapat beban yang lebih berat dari bagian lain. Semestinya keseluruhan gaya berat badan bisa ditampung sepenuhnya secara merata oleh semua permukaan sendi lutut. Bila kondisi tidak seimbang ini terjadi terus-menerus dalam tempo antara dua sampai lima tahun terpiculah penyakit radang sendi. 

Ini bukan cerita isapan jempol belaka. Studi yang dilakukan America Academy of Orthopedic Surgeon beberapa tahun lalu membuktikan perempuan yang sering menggunakan sepatu berhak tinggi, terutama dengan hak di atas 5 cm, banyak yang mengalami radang sendi di sekitar lutut, paha, tulang panggul, bahkan ada yang sampai ke tulang belakang. 

Penggunaan sepatu berhak tinggi akan semakin mengundang resiko penyakit bilamana hak yang dijadikan sandaran untuk berpijak berdiameter kecil. Hak sepatu yang kecil sudah barang tentu menyebabkan pijakan kaki tidak stabil, apalagi bila pemakainya bertubuh gemuk. Agar tubuh tidak terjatuh, secara refleks otot-otot sekitar lutur kerap bekerja keras menjaga keseimbangan tubuh, otot-otot lutut tidak bisa rileks. Inilah yang menyebabkan kaki mudah lelah, capek, dan terserang kram. 

2. Hak terlalu rendah. 

Belakangan ini menjamur sepatu model baru dengan hak sangat rendah. Saking rendahnya terkesan tanpa hak karena tapak sepatu dan ujung jari sampai ke tumit sama tipisnya. Apakah ini berarti sepatu model ini seratus persen aman bagi kesehatan? jawabannya Ternyata TIDAK. 

Sepatu yang terlalu datar juga bisa menimbulkan masalah karena kondisi tersebut memaksa tendon achilles-nama urat kaki di atas tumit yang namanya diambil dari nama legenda prajurit perang troya melakukan tarikan yang keras. Bila berjalan dengan sepatu datar berlangsung dalam waktu yang lama, otot-otot di sekitar tumit terasa cepat pegal dan lelah. 

3. Ujung runcing.

Satu lagi model sepatu yang perlu dipersoalkan adalah yang berujung runcing. Lagi-lagi model ini sering kita jumpai pada sepatu wanita. Ujung runcing memang memberikan kesan manis, tapi sesungguhnya menyiksa kaki. Bila diperhatikan dengan seksama, kaki manusia baik laki-laki maupun wanita memiliki pola yang sama yaitu pola segiempat, sedangkan sepatu yang berujung runcing adalah penggambaran daribentuk segitiga. Bisa dibayangkan bila memasukkan benda segiempat ke ruang segitiga jelas menyalahi aturan bentuk. Ditinjau dari aspek kesehatan, sepatu berujung runcing menimbulkan strength atau tekanan yang besar pada sendi-sendi jari kaki, dan kondisi ini bisa memicu pengapuran. 

4. Model Ideal. 

Kalau begitu adanya, sepatu model apa yang paling ideal yang baik untuk dipakai sehari-hari? "Yang paling baik adalah sepatu olahraga. Empuk dan solnya juga bagus." Tapi tentunya sepatu olahraga tidak cocok untuk dipakai ke kantor, maka untuk meminimalkan resiko gangguan tulang, ada baiknya untuk penggunaan sehari-hari pakailah sepatu yang memiliki hak setinggi 2-3 cm. Posisi ini memungkinkan tumit terangkat sedikit dan melonggarkan tendon achilles. Sehingga ketika berjalan tidak terjadi tarikan keras pada urat kaki. Sebaiknya pilihlah sepatu yang berhak besar sehingga dapat menopang tubuh dengan seimbang. Kemudian perhatikan pola ujung sepatu.Pakailah sepatu yang berujung datar atau tidak membuat jemari melengkung atau tertekan. Intinya, untuk kesehatan diri sendiri pilih dan pakailah sepatu yang menimbulkan rasa nyaman di kaki.

Be caReful to chOOse the sHoEs


Tidak semua sepatu cocok buat kesehatan kaki Anda. Padahal, fungsi alas kaki tak cuma sebagai aksesori pelengkap penampilan. Ia juga harus terasa nyaman di kaki karena dapat mempengaruhi kesehatan kaki, tulang, dan tubuh secara keseluruhan.

TANPA HAK

Risiko Kesehatan:

Tanpa bantalan yang memadai atau tanpa pendukung telapak kaki, sepatu rata dapat menyebabkan sakit pada tumit yang disebut "plantar fasciitis" dan dapat menyebabkan Achilles alias kaku pada otot.

Cara Mengatasi:

1. Hindari jalan jarak jauh.
2. Tambahkan bantalan agar kaki tidak terlalu rata atau pilih sepatu bertumit rata dengan tinggi tidak lebih dari 1 inci untuk mengurangi tekanan pada punggung kaki.

SEPATU SANDAL

Risiko Kesehatan:                               

Walaupun sepatu sandal membuat kaki bergerak secara alami, otot kaki yang digunakan untuk menggenggam sepatu dapat membuat telapak kaki kaku.


Cara Mengatasi:

1. Pilih sepatu sandal yang nyaman dipakai yaitu sepatu dengan tali pengikat yang sesuai dengan jari telunjuk kaki Anda.
2. Bila terlalu kendur atau terlalu kencang, akan menimbulkan rasa sakit pada kaki. Setel tali pengikat dengan benar.

TUMIT TINGGI

Risiko Kesehatan:

Tumit mengangkat berat badan Anda ke depan sehingga membuat lutut bekerja keras. Hal ini dapat membuat lelah tulang rawan yang merupakan faktor pendukung penyakit osteoarthritis. Tumpuan pada jari kaki juga dapat menimbulkan rasa sakit.

Cara Mengatasi:

1. Pilih sepatu bertumit rendah.
2. Hindari memakai sepatu dengan tumit yang runcing selama lebih dari beberapa jam. Bila terpaksa harus memakainya, tambahkan bantalan di telapak kaki.

UJUNG MERUNCING

Risiko Kesehatan:

Model sepatu runcing menyebabkan jari-jari kaki saling berdempetan dan hal ini dapat membuat kuku jari kaki masuk ke bagian dalam yang dikenal dengan sebutan hammertoe. Selain itu, pembengkakan ibu jari dan penebalan kulit jari kaki (kapalan) kerap terjadi.

Cara Mengatasi:

1. Pilih yang lebar di bagian depan untuk memberi ruang pada jari-jari kaki.
2. Disarankan membeli sepatu di sore hari, pada saat kaki sedang mengembang untuk meyakinkan Anda memilih ukuran yang tepat.

PANTOFEL

Risiko Kesehatan:

Sepatu pantofel bertumit tinggi berisiko memberi tekanan pada lutut dan telapak kaki, sama halnya dengan sepatu bertumit tinggi.

Cara Mengatasi:

Pilih telapak sepatu yang padat dan yang bertumit rendah untuk menyelaraskan gerakan kaki yang berpengaruh pada berat badan. 

Pengaburan istilah “keren/gaul”

Ketika adidas melempar produk ke pasaran, mereka menyadari bahwa produk mereka dikonsumsi sebagian besar oleh remaja. Karena itu, penting banget jika produknya diasosiasikan dengan yang namanya “keren/gaul”. Dan “keren/gaul” tersebut, adidas menyadari, ditemukan pada perilaku sub-culture seperti hippies, rock and roll, ghetto. Sehingga supaya tujuannya tercapai, adidas berinisiatif menyuplai busana bagi pelaku budaya sub-culture tersebut. Para ‘role-model’ tersebut tinggal menjalankan perannya dengan memakai produk-produk adidas yang telah disediakan dan dengan sendirinya menciptakan trend dikalangan anak muda. 
Dengan disuplainya busana untuk mereka, selain keuntungan secara finansial karena mereka dikontrak atau paling tidak menerima pakaian gratis, tentunya trend adidas juga mengangkat kedudukan mereka sendiri dalam masyarakat. Contohnya, ketika ringer (kaos) adidas menjadi sebuah simbol status sosial dan menjadi barang yang harus dipunyai oleh remaja kebanyakan, maka dengan sendirinya pemakai kaos tersebut akan terangkat statusnya dalam masyarakat. Adidas tentunya juga menikmati keadaan ini karena berimbas pada meningkatnya keuntungan yang didapat. Sebuah hubungan saling menguntungkan yang jelas terlihat antara produsen dan model. Dan ketika hal ini terjadi maka yang menjadi korban tidak lain adalah para anak muda (korban mode). Jadi, definisi “keren/gaul” yang dikaburkan adalah sebenarnya ketika seseorang menjadi “keren” karena bukan menjadi dirinya sendiri tetapi bercermin kepada orang la

FrOm spoRt to The CultuRe

Selain keunggulan teknis yang dipunyai, adidas juga mempunyai keunggulan lainnya yaitu mereka cepat menyadari bahwa “role-model”, apakah seorang atlet atau pemusik atau…., adalah iklan yang terbaik bagi produk mereka. Sebagai produk olahraga tentunya mereka harus memulainya dari bidang olahraga dahulu.Ketika adidas mengontrak seorang atlit, maka seluruh kemampuan dari atlet itu akan menjadi bagian dari adidas.

Contohnya ketika David Beckham menjadi bintang adidas, bagaimana seorang Beckham bisa diidentikan dengan adidas dan adidas bisa diidentikan dengan Beckham.

Caranya dengan: promosi besar-besaran seperti memasang logo adidas di pakaian yangdipakainya, baik didalam atau diluar lapangan. Dengan majunya teknologi informasi sekarang ini, tentunya adidas menikmati keuntungan besar dari tayangan-tayangan langsung olah raga, karena event tersebut ditonton oleh jutaan pasang mata, sedangkan diluar lapangan, liputan majalah dan surat kabar cukup memberikan keuntungan promosi. Apakah tujuan dari ini semua? Untuk menyamakan kedudukan adidas dengan atlet dan olahraga itu sendiri.

Setelah berhasil diidentifikasikan dengan olahraga, maka adidas pun mulai melebarkan sayapnya ke dunia lain yaitu dunia hiburan. Belajar dari pengalaman sebelumnya, adidas menyadari bahwa keuntungan akan meningkat jika berhasil menciptakan ‘sinergi’. Hanya mendominasi sebuah industri tidaklah cukup. Merk itu sendiri harus melebarkan pengaruhnya ke dimensi lain dari eksistensi, dari olahraga ke hiburan, dari lapangan ke kultur. Dan ketika orang-orang kaya Liam Gallagher (Oasis), Madonna, Korn dan lainnya sudah memakainya, maka sejak itu adidas sudah berubah menjadi gaya hidup. Merk pun berkembang tidak hanya sekedar menentukan produk yang harus dibeli konsumen, tetapi terlebih menentukan gaya hidup tertentu. Semua ini bertujuan yaitu menciptakan pandangan bahwa merk itu sendiri adalah simbol eksistensi manusia.

KemungKinan HegemoNy

Kembali berjayanya trend tahun 70-an atau yang lebih sering disebut oldschool/retro/vintage atau apalah memang bukan hal yang aneh. Kalau diingat-ingat kembali dalam kurung waktu 30 tahun terakhir ini, banyak sekali trend anak muda yang pernah berjaya di Indonesia. Dari hippies, rocker, glam, reggae, punk ke surfing, skateboarding, ghetto sampai akhirnya retro-style. Khususnya pada kembali berjayanya retro ini, satu hal yang tidak bisa dilepaskan adalah kembali berjayanya ADIDAS (sebuah merk olahraga) di pasar internasional, termasuk di Indonesia. Mau bukti? Lihat saja beberapa counter adidas yang bisa ditemukan di mal-mal/ pusat perbelanjaan favorit kita (bandingin sama 5-6 taun yang lalu). Hal ini menandakan bahwa adidas melihat adanya pasar yang potensial di Indonesia. Pasar pun-yang sebagian besar anak muda-cukup reaktif, bisa dilihat dengan makin banyaknya lambang 3 garis di baju, celana, sepatu anak muda dan anak bola. Dan lagi, simbol trefoil (yang kaya bunga gt) dan 3 strip andalan adidas begitu merasuk ke alam pikiran generasi millenia bangsa ini. Tetapi yang lebih menarik lagi, materi & ide reproduksi tahun 70-80an ini ternyata bisa diterima generasi tahun 2000an di Indonesia. Why, warrom, kenapa?

LoGo AdiDaS


Penasaran dengan asal muasal pemilihan nama dan logo Adidas? Sejarah merk sepatu yang sangat terkenal ini dimulai pada tahun 1920 oleh Adi (Adolf) Dassler di ruang cuci milik Ibunya. Waktu itu Adi Dassler membuat proyek kecil-kecilan dengan membuat sepatu olahraga. Karena tingginya kualitas sepatu yang dihasilkannya, akhirnya bisnis kecil-kecilan tersebut mulai membuahkan hasil. Pada tahun 1924, Adi Dassler dan saudaranya Rudolf Dassler mendirikan 'Dassler Brothers OGH' yang nantinya menjadi cikal bakal Adidas sekarang.

Komitmen Adi Dassler pada kualitas, membawa Dassler Brothers sebagai produsen sepatu berkualitas tinggi, sehingga sering dipakai oleh atlit-atlit legendaris masa itu untuk Olimpiade. Puncak keterkenalan sepatu Dassler Brothers adalah ketika Jesse Owen menjadi atlit paling sukses pada Olimpiade Berlin pada tahun 1936 dengan mengenakan sepatu buatan Dassler.

Pada tahun 1948, Adi dan Rudolf memutuskan untuk berpisah dan masing-masing membuat merk sepatu sendiri. Rudolf membuat merk sepatu 'Puma' sedangkan Adi membuat merk 'Adidas.' Pengambilan nama Adidas berasal dari nama Adi Dassler dengan menggabungkan nama depan Adi dan satu suku kata nama belakang Dassler yakni 'das' sehingga menjadi kata 'Adidas'. Sekadar informasi bahwa nama asli dari Adi Dassler adalah Adolf Dassler, tapi orang Jerman sering memanggil nama Adolf sebagai Adi.

Penggunaan logo Adidas sendiri baru dipergunakan pada sekitar tahun 1948, pada saat dua bersaudara Dassler tersebut berpisah. Secara visual, logo Adidas hanya berupa huruf Adidas, dengan nama Adolf Dassler diatasnya serta ilustrasi sepatu ditengahnya. Dengan merk ini, sepatu buatan Adi Dassler mencapai titik kesuksesannya, dengan diakuinya merk sepatu Adidas diajang pesta olahraga dunia seperti Olimpiade Helsinki, Melbourne, Roma dan lainnya. Serta saat itu tim sepakbola Jerman menjadi juara dunia sepakbola dengan menggunakan sepatu Adidas.

Pada tahun 1972, logo Adidas mengalami perubahan yakni dengan menggunakan konsep 'Trefoil Logo', yaitu logo dengan visual tiga daun terangkai. Konsep tiga daun ini memiliki makna simbolisasi dari semangat Olimpiade yang menghubungkan pada 3 benua. Sejak saat itulah Adidas menjadi sepatu resmi yang dipergunakan pada even Olimpiade diseluruh dunia. Akhirnya setelah bertahun-tahun berjaya dan mengalami liku-liku perkembangan usaha, pada tahun 1996, Adidas mengalami modernisasi dengan menerapkan konsep 'We knew then - we know now' yang kurang lebih menggambarkan kesuksesan masa lalu dan kejayaan hingga kini. Adapun logo baru yang digunakan secara visual berupa tiga balok miring yang membentuk tanjakan yang menggambarkan kekuatan, daya tahan serta masa depan. Sejak saat itu logo Adidas tidak pernah mengalami perubahan, serta masih berjaya hingga saat ini.

SeJarAh AdiDas


Didirikan di Herzogenaurach, Jerman di tahun 1920 oleh dua bersaudara Adolf (Adi) Dassler dan Rudolph Dassler, pada awalnya perusahaan ini hanya memproduksi selop. Pada suatu hari di tahun 1925, Adi berhasil merancang sepasang sepatu olahraga, dan sejak itu usaha perbaikan dan pengembangan dalam bidang sepatu pun terus dilakukan. Setelah berbagai inovasi yang mereka lakukan, pada tahun 1927-an, adidas sudah berhasil merancang sepatu khusus untuk berbagai keperluan olahraga, dan pada 1928 mereka memberikan sepatu mereka secara gratis kepada atlet-atlet yang berpartisipasi pada Olimpiade Amsterdam. Didukung oleh kemajuan bidang penyiaran dan pertelevisian, adidas menikmati keuntungan dari event olahraga seperti Olimpiade atau sepakbola, karena logo 3 strip mereka mudah dikenali dari jauh. 
Walaupun berbagai kemajuan yang diraih, pada 1948 konflik antara Dassler bersaudara berakibat pada pecahnya perusahaan mereka. Adi Dassler menjalankan sendiri perusahaan, mengambil nama kecilnya “Adi” dan mengkombinasikannya dengan potongan nama belakangnya sehingga menjadi “adidas”, ia pun mendafarkan logo 3 strip sebagai trademark dari adidas. Sedangkan saudaranya Rudolph berpindah ke bagian lain dari kota itu dan mendirikan perusahaan olahraga miliknya sendiri, Puma. 
Pada tahun 1971 Muhammad Ali dan Joe Frazier yang menjadi icon olahraga tinju pada saat itu, sudah menggunakan produk adidas. Pada Olimpiade Munich 1972 1.164 dari 1.490 atlet internasional menggunakan adidas. Sehingga pada tahun 70-an adidas mencapai masa jayanya. 
Setelah krisis pada awal 80-an, terutama karena berjayanya Nike di pasar internasional, adidas berhasil mengembalikan pamornya pada tahun 1986 ketika Run D.M.C, sebuah grup rap dari New York, membuat lagu yang berjudul “My Adidas”, dan sekaligus mempopulerkan sepatu adidas yang mereka pakai tanpa menggunakan tali. Hal tersebut menjadi gaya tersendiri yang banyak ditiru oleh fans-fans mereka. 
Pada dekade 90-an terutama di AS dan Eropa berkembang pikiran bahwa generasi muda cenderung menghindari apapun yang orang tua mereka pakai, termasuk dalam urusan sepatu. Mereka menghindari pemakaian nike dan reebok, yang dulu dipakai oleh orang tua mereka. Sehingga barang-barang produksi adidas (sepatu, jaket,…) yang sudah berumur 20 tahun-pun tiba-tiba menjadi barang koleksi yang mahal harganya dan dicari-cari oleh banyak orang (coba deh liat-liat barang adidas vintage di ebay). Hal ini pun dimanfaatkan oleh adidas untuk memproduksi dan mengeluarkan kembali (re-issue) beberapa model sepatu populernya (seperti adidas rom, rekord, athen, dublin,..). Hal ini mengangkat status adidas itu sendiri, dari sekedar produk olahraga menjadi semacam lambang gaya hidup yang baru.